Rafly Kande Pernah Ditolak 20 Produser




Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia Sjamsul Kahar menerima kunjungan Anggota DPD RI asal Aceh, Rafli di ruangan kerjanya, Jumat (14/11). SERAMBI/MISRAN ASRI 

Laporan Ansari Hasyim | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Masih ingat dengan Rafly Kande? Penyanyi asal Aceh yang melejit namanya lewat album solo "Hasan dan Husein" itu pernah mengalami masa-masa sulit dalam merintis karier di belantika musik Aceh. Album solo pertamanya ternyata pernah ditolak 20 produser musik.

"Ada dua puluh lebih produser tidak mau terima (lagu-lagu) saya. Karena penyanyinya dibilang kelihatan tua," ungkap Rafli saat menjadi pembicra pada Seminar Nasional "Peran Media Terhadap Pembangunan Aceh" di Aula Bappeda, Kamis (26/11/2015).

Pada saat bersamaan juga turut dilantik Pengurus Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Provinsi Aceh dengan Ketua Dr Hamdani M Syam MA, Sekeretaris Azman M IKom dan bendahara Rahma Hidayati MSoc Sc.

Rafly menuturkan saat itu sekitar awal tahun 2002, untuk pertama kali ia mencoba peruntungan di dunia musik dengan membuat album solo bersama musisi Moritza Taher (Momo) yang dikenalnya sebagai sahabat karib.

Album solo yang bercerita tentang konflik dan anak yatim itu diberi judul "Hasan dan Husein" dan direkam di studio Momo di Kampung Keuramat, Banda Aceh.

Dalam album solo ini Rafly didukung sejumlah penyair ternama Aceh, seperti Ayah Panton, Media Hus, dan Syeh Lah Bangguna.

Tapi sayangnya, tak ada produser yang tertarik dengan album solonya. Bahkan Rafly sudah menawarinya kepada 20 produser musik.

Tapi tak ada yang tertarik. Hingga pada satu ketika, Rafly bertemu dengan Syekh Ghazali LKB. Dia adalah produser lagu Aceh di perusahaan rekaman Kamoe Sajan Gata atau yang lebih dikenal dengan Kasga Reord.

Syekh Ghazali akhirnya membeli album solo yang masih dalam bentuk master itu senilai Rp 11 juta. "Saat itu motivasi saya bukan semata mencari uang, tapi bagaimana agar semua lagu dalam album itu bisa direkam dan didengar masyarakat," kata pria asal Aceh Selatan itu.

Di bawah bendera Kasga Record, album "Hasan dan Husein" kemudian meledak di pasaran dan membuat Rafly dikenal seantero Aceh sebagai penyanyi yang mengusung genre musik etnik, yang saat itu masih langka di pasaran musik Aceh. Bahkan lagu "Ya Rabbana" dalam album itu sempat menjadi hit dan dipakai sejumlah stasiun televisi nasional sebagai sound track dalam memberitakan berbagai peristiwa konflik Aceh dan bencana tsunami 2004.

Pada saat menggarap album solo, Rafly bersama Grup Kande juga menggarap album pertama mereka di Studio Murizal Taher. Album Kande pertama berjudul "The Fighting Spirit" dirilis pada tahun 2002 dan berhasil terjual sampai 50 ribu kaset.

Salah satu lagunya yang populer adalah "Seulanga" bercerita tentang gadis Aceh yang malang meratapi nasibnya.

Kini Rafly bukan lagi seorang musisi yang sepenuhnya menghabiskan waktu memikirkan musik. Lelaki pemilik suara melengking ini justru sekarang tengah berada di puncak karier menjadi pejabat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh.

"Pejabat harus banyak keliling- keliling. Saya sebetulnya juga ada agenda ke Papua Barat dan ke luar negeri," ujar Rafly yang kini berusia 49 tahun. (*)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Rafly Kande Pernah Ditolak 20 Produser, https://aceh.tribunnews.com/2015/11/26/rafly-kande-pernah-ditolak-20-produser.

Penulis: Muslim Arsani
Editor: Yusmadi

Post a Comment

0 Comments